Teras depan rumahnya yang berukuran tiga meter kali enam meter, penuh dengan hamparan uang kertas.
Dari pecahan dua ribuan, lima ribuan, sampai sepuluh ribuan rupiah.
“Lho, siapa ini yang menyebar uang segini banyak?”, tanyanya dalam hati.
Tak urung runtuh juga iman Kang Sarudi. Diam-diam uang kertas yang tersebar di lantai teras itu dia punguti.
Belum sempat dihitung berapa jumlahnya, buru- buru uang tersebut dia bawa masuk ke kamarnya.
Keesokan harinya warga kembali akan menggelar demo.
“Kang, jangan lupa lho. Nanti jam sepuluh sampeyan mimpin demo lagi”, Yu Gino, seorang warga yang uangnya cukup banyak dicuri tuyul mengingatkan.
Baca Juga: Kisah bocah penggemar wayang kulit yang jadi berani pulang malam setelah ditemani Gatotkaca
Jawaban Kang Sarudi ternyata sangat mengecewakan.
“Maaf, Yu. Pagi ini aku mau ngantar Emaknya bocah-bocah ke pasar Gede. Aku tidak ikut demo. Tolong dipamitkan teman- teman ya.”, ujar Kang Sarudi tanpa merasa punya beban.
Tidak hanya itu, kepada Pakde Kumpeno, sesepuh warga, Kang Sarudi juga pamit mundur sebagai koordinator pendemo.
Apakah tuyul peliharaan Bu Mentes telah berhasil menyuap Kang Sarudi? Tidak ada yang tahu! - Semua nama samaran - (Seperti dikisahkan Andreas Seta RD di Koran Merapi) *