HARIAN MERAPI - Cerita misteri kali ini berkisah tentang nasib tragis seorang penjual nasi yang menolak jadi budak nafsu tentara Jepang.
Sebagai warga baru di kampung Pakis, Pak Saman menjajakan dagangan baksonya hingga malam di dekat perempatan jalan kampung.
Dia terlongong-longong, heran. Kemarin keadaannya tidak seperti ini?
Bangunan Rusunawa dekat perempatan itu kemana kok tidak ada?
Malah di tempat itu ditumbuhi pohon kemuning dan di bawahnya ada yang berjualan nasi? Siapakah wanita penjual nasi itu?
Sampai beberapa hari Pak Saman tak habis pikir soal kejadian malam itu.
Berkali-kali dia meyakinkan tempat itu, ternyata memang benar-benar sudah dibangun Rusunuwa dan pohon kemuning yang dilihatnya beberapa malam yang lalu itu tidak ada.
Apalagi wanita cantik penjual nasi sama sekali tidak pernah muncul lagi.
"Mestinya kan tidak mungkin Pak. Sebab di dekat perempatan itu sudah dibangun Rusunawa?" tanya Pak Saman kepada Pak RT ketika bertemu di Musala selesai jamaah Maghrib.
Baca Juga: Kisah misteri Subarkun yang kena prank wewe binal, mau nubruk perempuan bahenol ternyata terantuk batu nisan
Pak RT tersenyum memandangi warga barunya itu. "Apa sampeyan benar-benar melihat pohon kemuningnya juga tumbuh di situ?"
"Ya, Pak RT. Wanita itu jualan nasi dengan lincak kecil di bawah pohon Kemuning yang sedang berbunga."
"Ia duduk dengan baju kebaya hijau, dan wajahnya lumayan cantik. Beberapa orang lelaki duduk sambil menyangga pincuk, makan dengan lahapnya."
"Ketika aku mencoba memukuli mangkok dengan sendok menawarkan bakso, tiba-tiba salah seorang yang berpakaian serdadu Jepang berdiri, membuang pincuknya, lalu mengacungkan samurai ke arahku," cerita Pak Saman.
"Wouw? Kamu tidak bertanya, kenapa samuraimu kau acungkan kepadaku? Begitu?" kata Pak RT bertanya sambil tertawa.
"Tidak, Pak RT. Aku takut dan berlari. Heran, Pak RT. Esok paginya tempat itu sama sekali tidak ada pohon Kemuning, hanya tanah dengan bangunan Rusunawanya."
Baca Juga: Kejadian misteri bikin merinding setiap malam Jumat setelah pohon bambu di kebon Pak Kirwandi dibabat habis
Pak RT manthuk-manthuk, lalu menjelaskan. Kejadian yang dialami Pak saman sesungguhnya potret masa lalu ketika masih dijajah Jepang sekitar tahun 1942.
Di kampung Pakis ini dulu hidup seorang janda cantik penjual nasi gudheg. Namanya Mbok Randha Pandhansari.