Dalam batin Barjo, apakah bau wangi tersebut dari perempuan tersebut.
Namun, pikiran negatif itu dibuangnya jauh-jauh, yang terpenting di benaknya setelah mengantar perempuan tersebut harus segera melanjutkan perjalanan ketempat kerjanya.
Baca Juga: Obati radang prostat dengan sirih merah, rebus hingga matang, minum setelah dingin, manjur
"Sudah Mas sampai disini saja. Terima kasih ya Mas," ulang perempuan tersebut.
"Sama–sama Mbak. Lha Mbaknya mau kemana, kok sepagi ini," tanya Barjo sambil menolehkan.
Tapi ternyata perempuan tersebut sudah tidak terlihat.
Rasa takutnya mulai timbul, Barjo baru sadar kalau perempuan yang diantarnya bukan manusia.
Dengan sekuat tenaga dan masih diselimuti rasa ketakutan, Barjo memacu kendaraan sekencang–kencangnya.
Sampai di tempat kerjanya nafas Barjo masih terengah–engah.
Sejenak beristirahat, pengunjung pasar mulai banyak yang memarkir kendaraannya di lokasi kerja Barjo.
Anehnya semakin lama semakin banyak yang memarkir di tempat Barjo, padahal waktu itu pasar bukan hari pasaran yang biasanya lebih ramai daripada biasanya.
Bahkan sampai Barjo kewalahan. Beberapa pemilik kendaraan juga memberi Barjo uang parkir lebih daripada biasanya.
Barjo pun mengira–ngira, larisnya parkirannya apakah karena telah mengantarkan perempuan tadi pagi? (Seperti dikisahkan Dwi Cahya di Koran Merapi)