Namun, karena saya masih belum dapat menyimpulkan karena informasi yang saya dapat masih belum terlalu akurat, saya kembali memfokuskan indra pendengaran saya.
Saya terus memfokuskannya. Dan yah, akhirnya saya menemui jika suara yang Nana keluarkan ini sesekali bukanlah miliknya,
melainkan suara lelaki dengan sedikit serak yang akan terdengar jika kita memfokuskan nya.
Informasi sudah lengkap, dugaan saya semakin jelas.
Jadi, saya diam-diam tanpa sepengetahuan orang yang ada di Ruang tamu ini memencet jari kaki jempol Nana.
Saya tekan dengan keras menggunakan kuku tangan saya, diikut dengan doa di dalam hati.
Benar saja. Suara dia bertambah keras dan gahar. Seperti seorang lelaki dengan tubuh yang besar, brewokan, dan kumis tebal.
Seperti itulah gambaran dirinya ketika saya mendengarkan suaranya. Namun saat saya memencet jempol kaki nya, ia tidak berteriak 'Sakit' Lagi.
Melainkan, "Panas!!!!!! Panas!!!!" teriaknya kencang.
Ia sesekali menatap marah ke arah saya,
"Mah, ini bukan Kakak," kata saya memberitahu Ibu saya.
"Iya. Suaranya lain," balasnya datar. (Seperti dikisahkan Aji Sadjiwo di Koran Merapi) *