Wajahnya pucat, seperti orang yang sangat tidak bergairah dan kehilangan semangatnya.
Saya yang mengetahui dan merasa aneh, memberanikan diri untuk bertanya kepada Kakak apakah dia baik-baik saja.
"Kakak baik-baik aja, Ji," balasnya enteng, tetapi suaranya sangat lesu.
Karena ia menjawab seperti itu, aku pun mengambil kesimpulan bahwa Kakak hanya kecapekan saja saat itu.
Acara terus berjalan hingga pukul setengah enam kedua pengantin harus pulang ke rumah, karena acara sudah selesai.
Kakak berjalan gontai, sesekali dibantu oleh laki-laki yang baru saja menjadi suaminya ini dengan cara merangkulnya.
Karena resepsi pernikahan digelar di tanah kosong dekat dengan rumah saya, jadi gak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah.
Sampai di rumah, Suami Kakak saya (Awan) langsung menidurkan nya di sofa ruang tamu.
Saat itu, keluarga besar saya sedang berkumpul di sana.
Kakak Saya 'Nana' (Disamarkan) terbaring lemas, sesekali mengeluh jika perutnya sakit, "Mah, perut Nana sakit banget," keluhnya pelan. (Seperti dikisahkan Aji Sadjiwo di Koran Merapi) *