Bayuantara dan Dulah Sabari rumahnya ± 6 km dibarat kota Wates.
Kalau tidak hujan mereka pergi kuliah dengan naik sepeda ontel karena waktu itu sepeda motor masih jarang dan harganya cukup mahal.
Baca Juga: Kisah Rohmad yang nekat makan sesaji 1: Terpesona melihat penampakan perempuan cantik di kamar mandi
Apabila musim penghujan mereka lebih suka berjalan kaki santai sambil bersenda gurau.
Biasanya perkuliahan itu selesai pukul 21.00 WIB dan paling malam sampai pukul 22.00 WIB.
Pada suatu malam perkuliahan sampai pukul 22.00 WIB. Waktu itu hujan lebat maka Bayuantara dan Dulah Sabari tidak segera pulang tetapi ngobrol-ngobrol di Kampus menunggu hujannya reda.
Baru pukul 23.00 WIB hujannya mulai reda namun masih hujan rintik-rintik.
Dan sesekali ada kilat yang menerangi jalan yang dilalui dua orang itu.
Dengan memakai payung mereka berjalan perlahan lahan melewati rel kereta api.
Jalan yang ditempuh melewati sawah-sawah yang cukup luas.
Baru berjalan lebih kurang 2 km dari kota Wates dari belakang ada gelak tawa wanita yang akan menyalipnya.
Waktu mereka itu menyalip Bayu dan Dulah, mereka menyanyi “Wedhak pupur nggo golek duwit”.
Mendengar nyanyian itu Bayu dan Dulah menyambung dengan suara keras : “Cuma pelacur saja nyanyi”.
Mendengar kata-kata itu agaknya wanita tersebut marah.