Ki Cokro meminta mereka pindah ke desa karena Ki Cokro sudah tidak sanggup lagi untuk tinggal seorang diri.
Di desa, Ki Cokro sangat disegani karena beliau adalah sesepuh satu-satunya di desa Waru yang masih hidup.
Baca Juga: Cerita misteri Taiwan, amplop merah untuk mencari tumbal pengantin baru dalam pernikahan arwah
Sehari setelah anak, mantu, dan cucu Ki Cokro pindah, beliau membuat pesta sambutan untuk anaknya.
Ki Cokro menggelar pertunjukan wayang kulit dan pameran pusaka yang ia miliki.
“Silakan ambil makanan apa saja yang kalian inginkan.”
Semua warga boleh mengambil makanan apa saja tanpa harus membayar.
Ki Cokro memang orang yang sangat dermawan, ia tidak pernah perhitungan kepada siapa pun, karena harta bendanya saja tidak akan habis sampai tujuh turunan.
Pagi hari setelahnya, keadaan kembali seperti biasa.
Ibu-ibu mulai berjalan menuju kali Srini sambil membawa tumbu berisi baju kotor.
“Bu Ismi, ayo kalau mau mencuci baju, saya temani,” ajak Lek Puji
“Iya Lek, tunggu sebentar ya,” ucap Bu Ismi.
Bu Ismi adalah mantu Ki Cokro yang baru pindah dari ibu kota.
Ia mulai membiasakan diri hidup bersama orang desa, seperti mencuci di kali.