Kinanti hanya menoleh dari spion kaca taksi, tersenyum tipis. Kegelisahannya tak mampu disembunyikannya.
Ia tersadar, kenapa setiap wanita yang bertemu dengannya, wajahnya begitu mirip dengan bayangan wajah yang selalu memburu ingatannya. (Seperti dikisahkkan Vito Prasetyo di Koran Merapi) *