Menurut cerita yang beredar konon rumah ini adalah milik satu keluarga yaitu sepasang suami istri serta anak dan menantunya.
Bagi masyakarat sekitar mereka merasa kurang berkenan atau sungkan untuk bercerita tentang peristiwa di masa lalu.
Bagi mereka cukuplah menjadi memori yang mereka pendam dan tak perlu diceritakan,
apalagi bagi keluraga mereka yang bersentuhan langsung dengan peristiwa yang menyisakan kepedihan dalam hati dan perasaan mereka.
Pada awalnya keluarga ini sudah diperingtkan oleh tokoh masyakarat untuk tidak mendirikan rumah di tempat ini.
Namun, ia bersikukuh untuk tetap mendirikan rumah di lokasi ini, entah karena alasan apa,
namun jika dilihat memang tempat ini cupup strategis jika dijadikan tempat usaha,
terletak di tepi jalan serta tak jauh dari lokasi ini ada pertigaan yang menghubungkan beberapa desa yang di atasnya,
yang tentunya tempat ini menjadi tempat berlalulang orang yang akan pergi atau pulang ke desa. (Dikisahkan kembali oleh Fatkhan di Koran Merapi) *