HARIAN MERAPI - Kumpulan cerita misteri tentang palang kereta api dan warung sate Mbah Pokak
Orang menduga warung sate itu memakai penglaris karena selalu ramai oleh pengunjung.
Setiap setengah jam sekali, Nurdin dan Marlan bersama-sama menarik palang rel kereta api di sebelah selatan rel.
Sedangkan palang rel kereta api sebelah utara, ditarik oleh Mamat dan Jalu.
Mereka bekerja setiap hari, dari subuh sampai jam sepuluh malam.
Sejak lulus dari sekolah menegah atas, mereka memutuskan untuk menjaga palang rel kereta api yang berada di desa mereka.
Biasanya, sembari menunggu kereta api datang, Nurdin, Marlan, Mamat, dan Jalu menikmati kopi hitam agar mereka tidak ngantuk.
“Lan, kamu tahu asal usul nama palang kereta ini?” Ucap Jalu, membuka obrolan.
“Tidak, memangnya kamu tahu?” Tanya Marlan
“Aku tahu.” Jawab Jalu.
Kemudian Jalu menceritakan asal usul palang kereta api Mbah Pokak.
Menurut Jalu, warga memberi nama palang kereta Mbah Pokak karena dahulu ada seorang nenek bernama Pokak yang berjualan sate di dekat rel.
Bumbu sate yang digunakan oleh Mbah Pokak tidak seperti biasanya.