Ketika menuju ke ruang belakang matanya tertuju di sudut ruang bagian atas.
Mata tak berkedip dan dari mulut kecil balita itu menyebut sebuah nama,"Mbak… mbak … mbak…." sambil tangannya menunjuk ke atas.
Rupanya balita tersebut melihat mbak-mbak yang bergelantungan di sudut rumah.
Pak Bambang pun segera membopong sang cucu.
Malam Jumat Kliwon bulan berikutnya, pukul 00.00 WIB terdengar suara keras.
Krompyang…..pyar……. Suami istri Cuma berpandangan.
Mereka saling berpikir apa yang terjadi.
Tak lama, mereka pun melihat sebenarnya apa yang terjadi.
Ternyata Kaca rias yang menempel didinding hancur berantakan.
Secara nalar tidak mungkin kaca itu bisa jatuh, dari keempat sisinya sudah diplepet penjepit yang masih rapi dan utuh.
Malam malam berikutnya kadang gelas atau piring pun menjadi sasarannya mahluk mahluk penghuni rumah tersebut. (Seperti dikisahkan Nurjani di Koran Merapi)*