HARIAN MERAPI - Kumpulan cerita misteri ketika Petruk bermain layangan di makam.
Sampai malam ia belum juga pulang ke rumah membuat seluruh keluarga cemas.
Sehabis tilik Bude Lilik yang sudah lima hari opname di rumah sakit, Parjo beserta Bapak dan Ibunya tidak langsung pulang.
Mereka Mampir ke sebuah warung makan. Akan makan malam.
Hingga jam sembilan malam ketiga orang tersebut baru tiba di rumah.
Parjo, Bapak, dan Ibunya heran bercampur khawatir. Pintu masih tertutup rapat. Lampu teras juga belum dinyalakan.
Dari jendela kaca terlihat, di dalam rumah gelap gulita.
“Lho...apa Prayit belum pulang dari ‘ngundha’ layangan ya? Huh, kalau sudah bermain layangan jadi lupa segalanya!”, ujar Pak Asno, Ayah Prayit, agak sewot.
Mau tak mau mereka bertiga harus menunggu di teras.
Tak lama kemudian sebuah sepedamotor masuk halaman rumah dinaiki tiga orang. Prayit alias Petruk berada di tengah.
“Ya ampun...ada apa kamu, Prayit?”, teriak spontan Bu Asno, Ibunya Prayit.
Beberapa bagian tubuh Prayit tampak lecet- lecet. Wajahnya pucat.
Dengan terbata- bata remaja usia limabelas tahun itu menceriterakan kejadian yang baru saja dialami.