Buah jeruk harus dimakan di tempat itu agar khasiatnya manjur.
Muncul praduga, dulu ada orang berilmu dan kuat tirakatnya lewat jalan itu sambil mengunyah jeruk. Isinya dibuang.
Biji jeruk yang bisa tumbuh akhirnya melahirkan pohon jeruk berkhasiat untuk meredakan rasa haus para pejalan kaki.
Di tengah desa, adanya pohon jeruk itu hanya dianggap keajaiban.
Sayangnya, tak ada kepikiran untuk menjaga dan merawatnya. Pohon jeruk muncul dan tumbuh dengan sendirinya.
Pada tahun 1990-an, pohon jeruk itu masih ada. Kepunahan pohon jeruk itu bukan karena gugur sendiri, tetapi ditebang. (Seperti dikisahkan Nazola S di Koran Merapi) *