Bagi mereka, yang penting ngumpul. Sudah
menjadi kebiasaan atau mungkin malu tidak menampakkan wajah.
Baca Juga: Misteri menanam pohon duwet putih dalam pot mengambil dari kuburan, maka ini yang terjadi ......
Warga desa saling paham kalau ada hajatan harus datang.
Di antara penonton itu ada seorang anak kecil bernama Galih (nama samaran).
Usianya sepuluh tahun. Dia datang bareng ibunya.
Meskipun ada penerang lampu neon, cahayanya hanya mencakup halaman depan rumah Pak Kades.
Sisi sebelah utara rumah Pak Kades yang terpisah jalan desa tetap terlihat temaram.
Di situ ada pohon durian yang dikelilingi pagar dedaunan.
Malam itu, Galih mengalami suasana berbeda.
Bukan suara dalang yang dia dengar, namun suara lain.
Suara yang seolah-olah menembang.
Telinganya mendengar sesuatu yang sepertinya diucapkan oleh seorang perempuan.
Di sela-sela menembang itu, namanya dipanggil-panggil.