Seperti yang disarankan Samsuri, Daljo datang sendirian ke gumuk Pitu, akan sowan Mbah Gusno. Memohon untuk bisa mendapatkan pesugihan ‘ula buntung’.
“Semoga apa yang sampeyan inginkan bisa terkabul”, kata Mbah Gusno ketika Daljo pamit pulang dan menyatakan setuju akan semua persyaratan yang harus dilakoni.
Sejak itu kehidupan Daljo berangsur- angsur mulai cerah.
Usaha jual beli sapi dan kerbau kembali ditekuni.
Baca Juga: Jadi Dalang Kondang Setelah Menerima Warisan Wayang Kulit dari Kakek yang Seolaah Bisa Hidup
Bisa berjalan lancar dan pada gilirannya kocek Daljo kembali menggelembung.
Namun itu semua harus dibayar dengan sebuah pengorbanan.
Setiap tigapuluh lima hari sekali, selama satu hari satu malam, Daljo harus rela tubuhnya berubah menjadi ‘ula buntung’ alias ular yang bagian ekornya putus.
Itu berarti selama duapuluh empat jam dia hanya bisa berjalan merayap di tanah jika ingin ngisis atau mencari udara segar di luar rumah.
“Hah, ada ular buntung! Tolooong...tolooong...tolooong...!”, teriak Mak Sumbini ketika sore- sore sedang menyapu halaman belakang rumahnya.
Gruduuuk...! Tetangga- tetangganya sontak pada berdatangan.
Tak ayal ular buntung yang ditemui Mak Sumbini pun menjadi bulan- bulanan warga.
Ular yang tak berdosa tersebut ramai- ramai dibantai warga.
Warga puas ketika melihat ular buntung itu tidak bergerak lagi.