harianmerapi.com - Kisah cerita rakyat Dewi Rantami dan Jaka Wacana. Rombongan berhenti untuk beristirahat di tepi sungai.
Sambil menunggu sapi-sapi makan rerumputan sampai kenyang. para kusirnya beristirahat di bawah pohon Ketapang yang rimbun, eyup.
Pranajaya, Mahesa Soca, Rumbawa, dan Gajah Sona kusir-kusir pedati itu makan siang bekal yang mereka bawa dari rumah.
Baca Juga: Cerita Rakyat Dewi Rantami 1: Pembangunan Kolam di Keputren Terkendala Mata Air yang Belum Ditemukan
“Kangmas Jaka Wacana, lihatlah dari kejauhan ada empat orang berkuda menuju kemari!”, kata Dewi Rantami mengacungkan telunjuknya.
“Ya, betul. Empat orang berkuda tetapi aku belum mengerti siapa mereka”, jawab Jaka Wacana.
Dewi Rantami terdiam. Ia mulai khawatir, jangan-jangan mereka yang datang kemari itu rampok?
Benar. Keempat orang berkuda tadi kemudian berhenti di hadapan mereka, pandangan matanya nyalang, wajahnya sangar mengesankan tabiatnya yang kurang baik.
“He, kalian ini siapa? dari mana dan mau ke mana?”, suara salah seorang dari mereka itu keras sekali, setengah membentak.
“Kami rombongan dari Majapahit mau ke Padepokan Gunung Cangkerep”, jawab Jaka Wacana.
Baca Juga: Cerita Rakyat Dewi Rantami 2: Majapahit Dilanda Musim Kemarau Panjang, Datang Jaka Wacana Menghadap
Gajah Sona menyahut, “Jaya Pragola, kamu memang sudah pikun benar. Bukankah kita pernah berhadapan pada saat Perang Paregreg berkecamuk?”, tanyanya.
Yang ditanya terbengong-bengong, “Aku pangling, kamu siapa?”
“Aku Gajah Sona dan ini adik seperguruanku Mahesa Soca namanya. Kamu ingat?”
“Hmmmm, ya ya ya. Yang jelas kalian ini mantan-mantan prajuritnya Wikramawardhana dan sekarang mengabdi kepada anak putrinya yang menggantikan tahtanya?”