harianmerapi.com - Cerita Babad Tanah Jawi Ki Juru taman. Kanjeng Sultan Agung menatap lurus wanita yang wangi itu.
Yang dipandang segera melepaskan pelukkannya, mengambil posisi berhadap-hadapan dengan pria kekasih hatinya.
Gandrik. Kanjeng Sultan gung kaget, tidak mengira kenapa kancing baju kebaya hijau yang dikenakan Wanita Ayu itu lepas semua.
Berkali-kali Kanjeng Sultan Agung mengedip-ngedipkan matanya antara gemeter dan kepingin menyaksikan sesuatu yang indah di tubuh wanita pujaannya itu.
Tapi tentu tidak etis bila hal ini dilakukannya dengan terang-terangan.
Kanjeng Sultan Agung lalu beringsut pergi, alasannya ingin buang air kecil sebentar,
"Ah, godaan itu betul-betul memusingkan kepalaku," gumamnya dalam kekaguman birahinya.
Air di dalam goa yang sangat dingin itu setelah digunakan untuk bebersih ternyata seger banget.
Bahkan enak juga untuk membasuh muka, telapak tangan, kaki, dan bagian tubuh yang lain serta mampu meredakan seluruh kemerindingan yang tadi mengusik-usik seluruh permukaan kulitnya.
"Dingin airnya ya, Kangmas?" tanya Kanjeng Ratu Kidul mendekati, melangkah perlahan.
"He.eh, Diajeng."
Tiba-tiba "Pet!" suasana dalam goa itu berubah menjadi peteng ndhedhet lagi. Siapapun tidak akan bisa melihat apa-apa di dalam goa itu.
Esok paginya, Kanjeng Sultan Agung Hanyakrakusuma bangun tidur badannya terasa segar bugar, tidak perlu ngeluk geger karena memang tidak pegel ataupun tidak linu.