Akhirnya putra mbarep Mbah Rono menceritakan kepada Bapaknya.
“O, coba dicari di makam!” pinta Mbahnya.
Baca Juga: Harta Itu Dibutuhkan, Berikut Empat Sikap Muslim Terhadap Harta
Ketika putranya hendak bertanya, “Cari dahulu, nanti aku ceritakan."
Serta merta dicarinya di makam. Karena memang di belakang rumah Mbah Rono ada sebuah makam yang tidak terlalu besar, dan kebanyakan yang dimakamkan di situ adalah keluarga besar Mbah Rono.
Benar, ternyata Mukidi tidur pulas di keranda jenazah, dan ketika dibangunkan ia bingung. “Kenapa aku bisa tidur disini?” tanyanya heran.
Untung Mukidi tidak penakut dan ia berpengalaman hal-hal begitu sering dijalani.
Setelah menghadap Mbah Rono, Mukidi minta maaf.
“Maaf Mbah, karena saya mendengar cerita Mbah pada tamu semalam, saya pun langsung tidur di bawah pohon Preh di dalam makam.”
Mbah Rono tersenyum, “Lain kali bertanya dulu, karena jika hendak tidur disana harus ada syarat-syaratnya. Jangan asal tidur. Supaya tidak dipindah tidurnya.”
Mukidi hanya mengangguk, ia merasa bersalah.
“Nggak apa-apa, Simbah senang kok, jika mau prihatin biar nanti Simbah ajarkan,” tukas Mbah Rono. Dan Mukidi pun tersenyum senang. (Sepeti dikisahkan Umiles di Koran Merapi) *