harianmerapi.com - Kisah perang Makassar melawan VOC. Melihat tentara Belanda mulai mengamuk,
kapal-kapal kecil prajurit Makassar segera menjauh meninggalkan medan pertempuran kembali ke pantai barat Makassar.
Satu dua di antara kapal-kapal itu ada yang tenggelam terkena tembakan meriam Belanda.
Baca Juga: Kisah Perang Makassar Melawan VOC 1: Meriam dan Peralatan Perang Belanda Dirampas Daeng Popo
"Sekarang mari kita bergabung dengan pasukan Kompeni yang berada di pantai selatan Makasar”, ajak Kapten De Vlammingh.
Dia khawatir kalau hanya sebuah kapal besar sendirian di pantai Pulau Buton dia khawatir prajurit Makassar akan datang menyerang lagi.
“Mari, Tuan”, jawab Arupalaka bergegas menyiapkan kapal-kapalnya untuk meninggalkan Pulau Buton.
Meski sehari sebelumnya atas nama Kompeni Belanda Arupalaka telah berhasil berunding dengan Sultan Buton mencapai kesepakatan bahwa Sultan Buton bersedia membantu Kompeni Belanda dalam menghadapi Goa di bawah kekuasaan Sultan Hasanuddin.
Kompeni Belanda berkirim surat kepada Sultan Hasanuddin, isinya bernada mengancam yaitu meminta Sultan menyerah,
semua prajurit Makassar berada di bawah komando VOC, dan raja berikut seluruh keluarganya dalam perlindungan VOC dan Kompeni Belanda.
Baca Juga: Kisah Perang Makassar Melawan VOC 2: Arupalaka Jengkel karena Pihak Belanda Ingkar Janji
Surat ancaman tersebut dibalas oleh Sultan Hasanuddin:
“Kami tak gentar terhadap ancaman Belanda, kami adalah bangsa merdeka, kami tetap bebas berdagang dengan negara manapun Inggris, Denmark, maupun Portugis."
"Pelabuhan Goa tetap bebas bagi kapal negara-negara lain yang mau mematuhi hukum dan aturan Kami."
"Sabaliknya kami menuntut agar kompeni Belanda cepat-cepat meninggalkan Manado Sulawesi utara yang menjadi daerah kekuasaan Kami”.