Makhluk itu berkepala manusia yang terdapat mahkota. Mahkota yang menandakan ia “Penguasa kerajaan gaib sungai” itu.
Tiba-tiba saja naga itu sudah berada di depan Om Sukar dan Pak Bambang. Jantung Om Sukar yang tadinya serasa sudah copot, mendadak seperti berdetak kembali dengan sangat cepat.
Berdesis, tajam, dan menusuk. Itulah sensasi yang dirasakan ketika menelisik mata sang naga.
“Nyuwun ngapunten. Kula kaliyan rencang kula namung badhe ndherek langkung (Mohon maaf. Saya dan teman saya hanya ingin numpang lewat),” kata Pak Bambang tanpa rasa takut.
Sebagai balasan, Sang Naga hanya berbalik meninggalkan Om Sukar dan Pak Bambang kembali menuju pohon beringin.
Sepertinya pohon beringin itulah singgasananya. Langkah kakinya yang mirip cakar ayam membuat air sungai berkecipak.
Ekornya yang seperti ekor lele, bergerak anggun ke kanan dan kiri. Naga itu lalu terbang mengelilingi pohon beringin sebanyak tujuh kali, lalu menghilang. (Seperti dikisahkan Pradnya Melia Azizah di Koran Merapi) *