harianmerapi.com - Marno di desanya terkenal bandel dan pemberani. Tidak hanya menghadapi lawan untuk berkelahi, tapi juga menghadapi makhluk astral.
Banyak sudah pengalaman mistis yang ia alami. Karena mudanya memang suka tirakat ke tempat-tempat guru spiritual untuk menimba ilmu, kanuragan atau ilmu kebatinan.
Ia juga melakukan puasa nyenen kemis, ngapit weton, bahkan pada hari hari tertentu yang menurutnya dikeramatkan juga tetirah ke beberapa tempat wingit dan tidak semua orang berani.
Baca Juga: Enam Hikmah Syukur Nikmat, Salah Satunya Terhindar dari Penyakit Hati
Tempat yang orang lain menganggap wingit atau angker, bagi Marno adalah hal biasa. Justru ia lebih memilih tempat tempat demikian sendirian, banyak pengalaman aneh, mistis dilaminya.
Setiap menjalani laku tirakat, niatannya selalu dilandasi maksud dan tujuan baik.
Permohonanya pun ditujukan kepada Yang Maha Kuasa hanya tempat yang sepi serta diwingitkan sengaja dipilih agar lebih khusuk dalam permohonan doanya.
Malam Selasa Kliwon bulan April 1980, Marno memilih tirakat di Sebuah Goa di pinggir pantai selatan.
Lepas Maghrib ia sudah berada di dalam Goa. Ketika mulai duduk bersila dan bersidakep, puluhan kelelawar bertaburan, seakan hendak mengeroyok.
Marno tak ambil pusing, dan kelelawar pun pergi dengan sendirinya.
Tidak lama kemudian, Goa menjadi benderang karena lidah-lidah api mengitari seisi Goa. Marno pun tak bergeming.
Kemudian datang seorang Kakek bersimpuh di atas langit-langit Goa, ia tak jatuh seakan menempel, berambut digelung, rambut itu berwarna putih mengkilap.
Marno pun membelalakan matanya, karena tiba-tiba gelung rambutnya itu lepas dengan menimbulkan bunyi dentum mengagetkan.
Marno tetap duduk tapi dengan penuh kewasdaan, dan bersiap. Dan benar, rambut Kakek itu turun memanjang dan berputar-putar layaknya kipas angin.