Sriwijaya Kerajaan Bahari 10: Selain Candi, Mewariskan Bahasa Melayu Sebagai Alat Pemersatu

photo author
- Jumat, 13 Mei 2022 | 18:10 WIB
Bahasa Melayu kuna digunakan sebagai bahasa komunikasi dalam perdagangan. (Ilustrasi Pramono  Estu)
Bahasa Melayu kuna digunakan sebagai bahasa komunikasi dalam perdagangan. (Ilustrasi Pramono Estu)

harianmerapi.com - Sriwijaya sebagai Kerajaan bahari akhirnya menjadi bagian dari dinasti Chola. Hal ini berdasarkan Catatan Tiongkok.

Disebutkn bahwa pada tahun 1079, Kulothunga Chola I atau Ti-hua-ka-lo raja dinasti Chola, disebut juga sebagai raja San-fo-ts'i.

Ia kemudian mengirim utusan untuk membantu perbaikan candi dekat Kanton. Begitu pula berita Tiongkok berjudul Sung Hui Yao menyebutkan

Baca Juga: Kerajaan Bahari Sriwijaya 1: Bhiksu I Ching Singgah Tahun 671, Orang Tionghoa Menyebut Shih-li-fo-shih

bahwa kerajaan San-fo-tsi di tahun 1082 masih mengirim utusan saat Tiongkok di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong.

Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, yaitu surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi.

Selain itu menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Utusan berikutnya dikirim tahun 1088.

Lama-kelamaan pengaruh invasi Rajendra Chola I terhadap hegemoni Sriwijaya atas raja-raja bawahannya melemah.

Beberapa daerah taklukan bahkan melepaskan diri, hingga muncul Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya, mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatra, sampai Jawa bagian barat.

Baca Juga: Sriwijaya Kerajaan Bahari 2: Pusat Pemerintahan Sulit Dipastikan, Antara Palembang, Jambi atau di Riau

Pada abad 14 sekalipun pengaruhnya sudah pudar, namun wibawa dan gengsi Sriwijaya masih digunakan sebagai alat legitimasi politik.

Sang Nila Utama yang mengaku sebagai keturunan bangsawan Sriwijaya dari Bintan, dengan para pengikut dan tentaranya dari Orang Laut, mendirikan Kerajaan Singapura di Tumasik.

Menurut Sejarah Melayu dan catatan sejarah Tiongkok yang ditulis Wang Ta Yuan, Kerajaan Siam sempat menyerang kerajaan Singapura tahun 1330 hingga 1340.

Namun serangan Siam ini berhasil dipatahkan. Sekalipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan kehebatan bidang militer, faktanya Sriwijaya hanya meninggalkan sedikit peninggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatra.

Sungguh berbeda saat Sriwijaya berkuasa di Jawa Tengah, manaka kepemimpinan wangsa Syailendra banyak membangun monumen besar.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X