harianmerapi.com - Berita mengenai masa raja Balaputradewa awal, bisa diketahui dari catatan Prasasi Nalanda.
Raja Balaputradewa menjabat sekitar abad ke-9, dan pada masa kekuasaannya kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan bahari berkembang pesat sebagai kerajaan besar dan menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara.
Balaputradewa menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di India, seperti Cola dan Nalanda.
Balaputradewa merupakan keturunan dari dinasti Syailendra, yaitu putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari kerajaan Sriwijaya.
Namun sejak awal Sriwijaya memang sudah dikenal berperan sebagai pusat pembelajaran dan penyebaran ajaran Buddha.
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya pun menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia.
Seperti pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatra dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695.
I Tsing juga melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha, sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha.
Berita lain yang dibawakan I Tsing menyatakan, terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.
“Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar serta mempraktikkan Dharma dengan baik."
"Mereka menganalisis dan mempelajari semua topik ajaran sebagaimana yang ada di India; vinaya dan ritual-ritual mereka tidaklah berbeda sama sekali dengan yang ada di India."
"Apabila seseorang pandeta Tiongkok akan pergi ke Universitas Nalanda di India untuk mendengar dan mempelajari naskah-naskah Dharma auutentik, ia sebaiknya tinggal di Sriwijaya dalam kurun waktu 1 atau 2 tahun untuk mempraktikkan vinaya dan bahasa sansekerta dengan tepat." Demikian disampaikan I Tsing.
Pengunjung yang datang juga menyebutkan, koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Pun ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana turut berkembang di Sriwijaya.