Sudi menggeleng. “Jika tidak ada apa-apa, yuk kita segera melanjutkan perjalanan.” Sudi mengangguk, “Tapi pelan-pelan saja, Tan.”
Akhirnya mereka sampai di rumah kakek. “Wah, sudah saya tunggu,” kata Kakek membukakan pintu.
Baca Juga: Tikus Zaman Sekarang Tidak Doyan Nasi tapi Makan Duit dan Cara Jitu Meminumkan Obat pada Anak
“Kamu pemberani, Sudi, juga Tanto, nggak ada apa-apa kan di jalan?”
“Nggak, Kek,” sahut Tanto.
Sudi diam, nggak mau bercerita tentang kejadian yang baru saja dialami di pohon beringin kembar. “Kek, ini jamunya,” kata Sudi sambil menyerahkan jamu itu.
“Oh, ya, biar segera dimasak Utimu,” sambut Kakek, “Yuk masuk, Utimu sedang menyiapkan makam malammu,” ajak kakeknya untuk menuju ruang makan.
“Sebaiknya kamu tidur sini saja, baru besok habis Subuh kamu pulang,” pinta Kakek sambil memberikan piring.
“Ya, kalau Subuh dari sini sudah padang, sekolahmu pun juga belum telat,” lanjut Uti mengisi piring dengan nasi.
“Yuk, sayur dan telor ceploknya ambil sendiri-sendiri.” Malam itu Sudi dan Tanto menginap di rumah Kakek,
Sudi minta tidur ditemani Kakek. “Kek besok pagi dibangunin lho, Kek,” pinta Sudi kepada kakeknya. (Seperti dikisahkan Bagong Soebardjo di Koran Merapi) *