harianmerapi.com - Tempat ibadah pun kadang ada juga makhluk halus yang jadi penunggu, termasuk sebuah kelenteng.
Bisa dalam bentuk wujud penampakan, namun kadang hanya suara seperti misalnya perempuan sedang menangis sehingga menjadi pengalaman mistis bagi yang mendengarnya.
Sewaktu saya disuruh menempati sebuah biara atau kelenteng di kota Kutoarjo sebagai penjaga, sebenarnya saya enggan.
Tapi karena tuntutan perut yang tak bisa ditunda dan diingkari akhirnya tawaran itu saya terima juga.
Kutoarjo adalah salah satu kota kecil yang masih berada di dalam lingkup Kabupaten Purworejo. Jarak antara kedua kota itu sekitar 12 kilometer.
Kelenteng di Kutoajo itu tidak telalu besar, tetapi juga tidak kecil. Orang mengatakan sedang-sedang saja.
Di hari pertama saya tidur di kelenteng, tidak terjadi sesuatu yang aneh di kelenteng itu.
Mungkin karena aku sedang tertidur pulas saking capeknya bersih-bersih kelenteng. Namun pada hari kedua, terjadi sesuatu yang sungguh misterius.
Ketika itu jarum jam menunjukkan pukul 12 malam lebih sedikit. Kebetulan saya menengok ke arah jam dinding yang yang dipasang di dinding kelenteng yang berwarna merah darah.
Okh ya, warna merah adalah warna dominan pada kelenteng-kelenteng di seluruh Indonesia.
Malam itu, sayup-sayup saya mendengar suara tangis perempuan yang sangat mengharukan.
api kadang-kadang bernada pilu. Siapa pun yang mendengarnya tentu akan merasa iba hati. Bulu kuduk saya sempat bergidik.
Setelah saya cermati, suara tangis itu berasal dari loteng di kelenteng itu. Saya segera menyambar sebuah senter.