harianmerapi.com - Suasana desa di malam hari memang sangat sepi. Bahkan kadang kita masih bisa menemukan pengalaman mistis.
Seperti pada tahun 80-an, kala itu masih banyak ditemukan tontonan seperti wayang, ketoprak, dan sebagainya.
Banyak pula masyarakat yang berbondong-bondong untuk datang menyaksikan setiap ada pertunjukan.
Baca Juga: Sabrun Jamilun, Kesabaran yang Sempurna Sangat Penting untuk Mencapai Ketenteraman Batin
Tak hanya itu, mereka juga rela menempuh jarak yang lumayan jauh hanya untuk mendapatkan hiburan.
Pada suatu hari ada ketoprak di desa sebelah. Lantaran mendengar hal itu, Bardi tertarik untuk melihatnya.
Dia berencana untuk menonton saat menjelang tengah malam, karena bagi dia bagian menarik dari ketoprak itu saat menjelang tengah malam.
Saat jam menunjukan pukul 22.30, Bardi pun bersiap untuk berangkat ke desa sebelah. Karena mengetahui Bardi mau melihat ketoprak, anak-anaknya, Runi dan Roni, ingin ikut.
Akhirnya dengan terpaksa mereka diperbolehkan ikut oleh Bardi.
Bardi berangkat bersama anak-anaknya menggunakan sepeda onthel, Roni di depan dan Runi di belakang.
Karena pada waktu itu memang belum ada listrik, mereka harus melewati jalan yang gelap. Salah satunya di kebun kosong dekat dengan kuburan adalah salah satu tempat yang sangat gelap.
Saat melewati kebun itu, Bardi curiga karena dia melihat anak kecil duduk di buk (jembatan di sungai kecil).
"Mana ada bocah main jam segini," kata Bardi diikuti bulu kuduk yang berdiri.
Karena tidak ingin anak-anaknya takut, dia hanya diam dan mempercepat sepeda ontelnya.