Tiga hari berikutnya Sanawi datang kembali. Dengan panjang-lebar dan amat detail Mbah Sambiyo membeberkan semua hal yang bertautan dengan keris tersebut.
“Ini keris bagus, Nak. Bisa membantu kamu dalam berdagang. Hanya saja kamu harus bersedia merawat. Kalau tidak, bisa…,” ujar Mbah Sambiyo tidak melanjutkan ucapannya sambil menyerahkan kembali keris tersebut kepada Sanawi.
Sampai di rumah Sanawi malah galau. Dia sama sekali tidak mengerti dengan yang dimaksud oleh Mbah Sambiyo, “harus rajin merawat, jika tidak…”
Akhirnya dia mengambil keputusan akan memberikan keris itu kepada Mbah Sambiyo. Biar beliau yang merawat.
“Jujur, Mbah, saya sungguh tidak tahu mengenai keris, apalagi jika harus merawat. Ini saya berikan kepada Mbah Sambi saja."
"Saya memilih akan bekerja keras saja. Tidak dibantu keris tidak apa-apa, Mbah. Toh, rezeki akan diberi juga oleh Tuhan,” ujar Sanawi lugu.
Dia khawatir terjadi apa-apa jika tidak rajin merawatnya. (Seperti dikisahkan Andreas Seta RD di Koran Merapi) *