BUKAN rahasia lagi, di kalangan sebagian pebisnis kuliner ada keyakinan, jika ingin dagangannya laris manis harus punya penglaris. Konon enthong kayu atau sendok nasi, termasuk yang bisa dijadikan sebagai penglaris yang ampuh.
Tentu saja bukan enthong sembarang enthong. Tetapi enthong yang telah digunakan selama puluhan tahun oleh seorang janda. Bukan pula janda sembarang janda. Tetapi perempuan yang telah hidup menjanda setidaknya selama duapuluh satu tahun, syukur lebih.
Mas Jahum (bukan nama sebenarnya) yang sebulan lalu membuka usaha warung kuliner, yakin sekali akan hal itu. Sepupunya yang membuka usaha rumah makan, juga memiliki enthong penglaris, usahanya maju pesat.
Baca Juga: Usai Meraih Medali Emas Olimpiade Tokyo, Greysia/Apriyani Diselamati Presiden Melalui Video Call
Pria usia tigapuluh tahunan itu berusaha keras untuk mendapatkan enthong penglaris. Berapa pun mahar yang diminta, dia bersedia membayar.
Suatu saat dia mendapat informasi, jika di dusun Kembangan ada salah satu warganya yang telah menjanda selama duapuluh empat tahun. "Akan aku cari sampai ketemu. Logikanya, dia pasti punya entong yang selama ini dia pakai," begitu ujarnya kepada istrinya.
Berbekal tidak malas bertanya, akhirnya ketemu juga janda yang dimaksud. Tidak berpanjang kata, Mas Jahum pun mengutarakan maksud kedatangannya.
Baca Juga: Pelaku UMKM di Kulon Progo Harus Berani Berinovasi untuk Tingkatkan Kualitas Produk
"Simbah tidak berkeberatan kalau Nakmas kepengin memiliki enthong yang setiap hari saya gunakan. Saya tidak menginginkan mahar berupa uang seberapa pun," ujar janda tersebut.
Wajah Mas Jahum berseri-seri mendengar ucapan janda itu. "Lalu apa yang sampeyan minta, Mbah," tanya dia.
"Sebetulnya sudah lama aku pengin menikah lagi, Nakmas. Terus terang pendamping yang saya inginkan ya seorang pria muda dan ganteng seperti Nakmas ini. Kalau Nakmas bersedia, enthong ini akan saya berikan kepada sampeyan. Yah, anggaplah, itu sebagai maharnya," ucap janda tua itu panjang-lebar.
Baca Juga: Kabupaten Pati Turun ke Level 3, Data Kasus Covid-19 Harus Cepat
Mendapat jawaban jujur dari janda itu, Mas Jahum tertunduk lesu. Dia tidak bisa menjawab apa pun. "Hadeh...mahal sekali mahar yang harus aku bayar, Mah," ujarnya kepada istrinya sepulang dari menemui janda tersebut.
"Ya sudahlah, Pah. Kita bekerja yang tekun, rajin, dan jujur saja. Tuhan pasti akan memberkati. Apa kata dunia kalau sampeyan harus menikah lagi dengan perempuan berumur tujuhpuluh lima tahun...," ujar istri Mas Jahum. (Dikisahkan Andreas Seta RD)