Kang Tugur masih rewang di rumah Mbakyunya. Tanpa berpikir panjang dia melangkah menuju kandang becak di belakang rumahnya.
Becak yang biasa dikendarai suaminya dia keluarkan. Ember berisi air dan sidat mengkilat itu dia angkat dan letakkan di jok depan.
Tanpa ragu dan tidak merasa malu Yu Rame yang tubuhnya pengkuh itu mengemudikan becak milik suaminya. Yang dituju, Kali Gantang. Berjarak sekitar dua kilometer dari rumahnya.
Sesampai di tepi kali, sidat berwarna keperakan itu dia bopong dan pelan-pelan diturunkan ke air.
Sepertinya kegirangan, binatang sepanjang satu meter lebih itu berenang melenggang- lenggokkan badannya di dalam air.
Baca Juga: Menolak Rujuk, Berakhir Penganiayaan
Bersamaan dengan itu lamat- lamat telinga Yu Rame mendengar suara: “Maturnuwun Yuuu….”
Tiga bulan sesudah itu Yu Rame merasa ada perubahan pada tubuhnya. “Tamu setia”- nya yang hadir setiap bulan, tidak kunjung datang. Oleh para tetangganya Yu Rame disarankan untuk memeriksakan badannya ke seorang Bidan.
“Selamat, Yu. Sampeyan positif hamil”, tutur Bidan desa tersebut sembari tangannya menjabat erat tangan Yu Rame.
Yah mungkin begitulah cara Tuhan memberikan imbalan kepada Yu Rame yang telah berbuat kebaikan kepada makhluk lainnya. (Seperti dikisahkan Andreas Seta RD di Koran Merapi) *