Sesaat kemudian, Kinanti meninggalkan hotel untuk menghibur dirinya. Ia sendiri tidak tau, kemana arah tujuannya.
Sebuah taksi membawanya pergi meninggalkan hotel. Taksi itu menyusuri jalan-jalan sepanjang kota.
Sedikit berbasa-basi, sopir taksi menyapa Kinanti yang sedari tadi hanya berdiam diri. Suara lembut itu menyadarkan Kinanti, kalau ia sedang berada dalam taksi.
Sudah sekitar setengah jam Kinanti tak berbicara sepatah kata pun. Kinanti hanya menoleh dari spion kaca
taksi, tersenyum tipis.
Kegelisahannya tak mampu disembunyikannya. Ia tersadar, kenapa setiap wanita yang bertemu dengannya, wajahnya begitu mirip dengan bayangan wajah yang selalu memburu ingatannya. (Seperti dikisahkan Vito Prasetyo di Koran Merapi) *