harianmerapi.com - Setiap setengah jam sekali, Nurdin dan Marlan bersama-sama menarik palang kereta api di sebelah selatan rel.
Sedangkan palang kereta api sebelah utara, ditarik oleh Mamat dan Jalu. Mereka bekerja setiap hari, dari subuh sampai jam sepuluh malam.
Sejak lulus dari sekolah menegah atas, mereka memutuskan untuk menjaga palang kereta api yang berada di desa mereka.
Baca Juga: Pocong Penasaran Minta Dikirim Doa 1: Pulang Malam Melewati Hutan Jati Tiba-tiba Dihadang Pocong
Biasanya, sembari menunggu kereta api datang, Nurdin, Marlan, Mamat, dan Jalu menikmati kopi hitam agar mereka tidak ngantuk.
“Lan, kamu tahu asal usul nama palang kereta api ini?” ucap Jalu, membuka obrolan.
“Tidak, memangnya kamu tahu?” tanya Marlan
“Aku tahu.” jawab Jalu.
Kemudian Jalu menceritakan asal usul palang kereta api Mbah Pokak. Menurut Jalu, warga memberi nama palang kereta Mbah Pokak karena dahulu ada seorang nenek bernama Pokak yang berjualan sate di dekat rel.
Bumbu sate yang digunakan oleh Mbah Pokak tidak seperti biasanya. Bukan bumbu kacang, melainkan bumbu yang terbuat dari tempe.
Baca Juga: Lima Kewajiban Ibu Terhadap Perkembangan Anak, Salah Satunya Memberikan ASI yang Cukup
Banyak sekali pembeli yang datang di warungnya, sampai-sampai membuat jalanan menjadi macet. Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa Mbah Pokak memakai penglaris, karena warungnya selalu ramai pembeli.
Tapi menurut sebagian orang, mereka memilih membeli sate Mbah Pokak karena bumbu tempe yang ia gunakan beda dari pedagang sate lainnya.
Dan itu yang membuat daya tarik tersendiri. Warung sate lontong Mbah Pokak sudah terkenal sampai ke luar kota. Bahkan para wisatawan kerap membawa sate lontong Mbah Pokak untuk oleh-oleh.
Warung Mbah Pokak biasanya tutup jam 7 malam dan Mbah Pokak pulang dari warung sekitar jam 8 malam. Tapi saat itu keadaan warung masih ramai, sehingga Mbah Pokak memutuskan untuk pulang sampai jam 10 malam.
Baca Juga: Niat Salat Tahajud, Arab dan Artinya, Lengkap dengan Jumlah Rakaat Serta Niat Salat Witir
Malam itu ada pemadaman listrik bergilir sehingga lampu penerangan di sekitar rel kereta padam. Pakdhe Slamet, tukang becak langganan Mbah Pokak juga tidak datang untuk menjemputnya.