harianmerapi.com - Manusia kalau tersinggung tersakiti hatinya kalau tidak bisa menahan diri biasanya lalu marah.
Tidak hanya manusia saja yang bisa marah tetapi makhluk halus pun bisa marah. Seperti contohnya: pocong, wedhon, glundhung pringis dan gendruwo. Jika itu terjadi maka pasti horor jadinya.
Di sini yang akan penulis ceriterakan adalah gendruwo. Biasanya gendruwo digambarkan sebagai makhluk yang bertubuh besar berbulu, hitam, gigi dan tangannya besar-besar matanya merah.
Baca Juga: Ki Ageng Makukuhan Alias Sunan Kedu 1: Ditangkap Prajurit Gagak Lodra dari Negeri Capit Urang
Gendruwo itu kegemarannya menggoda perempuan yang ditinggal pergi suaminya ataupun para janda. Biasanya kalau akan menggoda wanita ia menyamar sebagai suaminya.
Hal itu pernah dialami oleh Jeng Rini (nama samaran) yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta bagian barat puluhan tahun yang lalu.
Jeng Rini sudah menjanda sekitar sepuluh tahun. Dulu ia berdagang keliling menjual pakaian anak-anak masuk keluar kampung.
Baca Juga: Ki Ageng Makukuhan Alias Sunan Kedu 1: Ditangkap Prajurit Gagak Lodra dari Negeri Capit Urang
Ia membeli (kulak) dari Surabaya memang harganya relatif murah disana. Tiap hari rata-rata ia bisa memperoleh keuntungan minimal Rp. 100.000,-.
Kalau ramai seperti menjelang hari Raya Idul Fitri atau Natal untungnya bisa lebih Rp. 100.000,-.
Adapun suaminya Mas Ripta (nama samaran) berganti-ganti pekerjaan. Pernah ia menjadi tukang parkir. Karena hasilnya kurang memadai ia lalu menjadi sopir bus.
Terakhir ia bekerja sebagai sopir taksi. Pada waktu menjadi sopir taksi ia mengalami kecelakaan waktu menghindari orang yang menyeberang jalan. Mobilnya jatuh ke dalam sungai sehingga ia meninggal dunia.
Baca Juga: Tiga Saudara Bernama Desy Ratnasari dan Pengin Cucu Laki-laki untuk Diajak Ngarit
Pada waktu itu belum punya anak. Jadi Jeng Rini sebagai janda muda. Memang antara mas Ripta dan Jeng Rini pernah berjanji sehidup semati cintanya. Maka waktu suaminya meninggal dunia ia tidak kawin lagi.
Jeng Rini tinggal di rumah yang dibangun suaminya dulu, di dekat sawah dan di dekat sungai yang besar. Di belakang rumah ada pohon gayam yang besar dan di sekitarnya ditumbuhi oleh pohon-pohon bambu.
Di sebelah barat rumahnya di tepi sungai ada pohon beringin yang besar. Akar-akarnya tampak bergelantungan.