harianmerapi.com - Berjalan memasuki sebuah kamar, di atas kasur terbaringlah perempuan dengan berbagai luka lebam yang tengah tidur. Mata jiwa Danu mengalirkan air mata pilu, meski dirinya tidak mengenal siapa perempuan itu.
Tubuh berjalan mendekati, duduk meletakkan makanan di atas meja kecil lantas mengusap kening perempuan itu.
“Rahmi, apa yang terjadi padamu? Sebegitukah kejamnya Samsuri yang kau cintai itu. Sedang inikah yang kau dapat?”
Baca Juga: Resep Bubur Ayam Kuah Kuning Sedap Gurih Cocok Buat Sarapan
Jiwa Danu tidak bisa menghentikan bibirnya yang tengah merajuk marahnya, ”Di mana sekarang saudagar kaya itu? Mengapa kau panggil si miskin ini? Jawab Rahmi! Mengapa hanya meneteskan air mata? Apa bengkak di bingkai
pipimu benar-benar sakit?” kembali tangan mengusap derasnya air.
“Oh Rahmi. Saat miskinku kau lihat, saat ibamu bernyanyi dan memberikan harapan padaku. Benar-benar aku berharap, tetapi kau pilih lelaki kaya itu. Dan bapakmu di luar sana masih mencaciku dan menyalahkanku atas perlakuan suamimu itu!?”
“Maafkan aku mas Danu... Maafkan aku...” lirih suara perempuan itu memanggil nama yang sama.
Baca Juga: Rezeki Tak Kemana 2: Keikhlasan Memberi Jalan Datangnya Pertolongan Tak Terduga
“Tidak Rahmi. Matilah dalam penyesalan, pejamkan matamu, biarkan luka-luka itu menarik nyawamu dengan perlahan.”
Jiwa Danu tidak mengerti kenapa tubuh lelaki ini tidak merasa kasihan pada perempuan itu. Tiba-tiba tubuh yang dihinggapi jiwa lain ini beberapa kali batuk hingga mengeluarkan darah.
Diusapkan darah itu di jemarinya. Tubuh itu pergi meninggalkan perempuan yang semakin lemas dengan napas yang tersegap-segap. Melihat sebuah cermin dituliskan papan cermin itu dengan darah yang dirinya simpan.
Baca Juga: Gara-gara Bapak Suka Nonton Video Porno
Ditorehkan ukiran namanya dengan dalam. Jiwa Danu terkejut bahwa wajah tubuh itu mirip sekali dengan dirinya, tidak jauh berbeda.
Saat keluar dari kamar dan menemui laki-laki tua, dirinya berkata.
“Aku sudah berkata sekasar mungkin kepada putrimu, kini semua luka-lukanya dari Samsuri yakni laki-laki pilihanmu itu akan beralih, bahwa akulah yang melukainya. Sehingga namamu, nama keluargamu tidak akan pernah menanggung malu. Sekarang kau puas?” (Seperti dikisihkan Ichsan Nuansa di Koran Merapi) *