hidayah

Gantungkan Cita-cita Setinggi Langit 1: Banyak Teman Banyak Rezeki

Sabtu, 21 Agustus 2021 | 10:01 WIB
Senon sering diejek teman-temannya karena bercita-cita jadi pilot. (Ilustrasi Sibhe)

SEJAK kecil, Seno (bukan nama sebenarnya) punya cita-cita menjadi pilot. Pikirannya terobsesi oleh tokoh pewayangan Gatotkaca, yang bisa terbang di atas awan.

Maka kala itu Seno selalu membayangkan dirinya berada di dalam pesawat terbang, bahkan menjadi pilotnya dan menerbangkan pesawat itu sambil merasakan berada di antara awan, sebagaimana layaknya saat Gatotkaca terbang.

Obsesi itu sebenarnya juga dikarenakan Seno agak salah mengartikan kata-kata gurunya, bahwa "Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit". Maka pikirannya yang sederhana langsung menangkap, yang paling pas adalah menjadi pilot.

Pemikiran Seno memang sangat sederhana, karena dia tumbuh dari keluarga yang sangat sederhana secara ekonomi. Tapi semangat Seno untuk hidup lebih baik dari kondisi yang ada sekarang ini, memang luar biasa.

Baca Juga: Mungkinkah Ada Hantu Sapi Gentayangan?

Seno paham betul, cita-citanya tak akan terwujud jika tak dirintisnya sejak kecil. Karena itu, ia sangat rajin sekali mengikuti pelajaran di sekolah. Bermain dengan teman-temannya memang iya, tapi dibanding yang lain Seno termasuk anak yang paling rajin soal belajar.

Seno menyadari betul kondisi orang tuanya, yang mana sang ayah, Pak Wiryo (bukan nama sebenarnya) menjadi buruh serabutan, sementara sang ibu menjadi pembantu rumah tangga.

"Pak, besok kalau aku sudah jadi pilot, Bapak nggak usah kerja lagi. Nanti Seno ajak keliling dunia naik pesawat," kata Seno kepada ayahnya saat keduanya tengah mengumpulkan kayu bakar di kebon.

"Syukurlah jika kamu punya cita-cita tinggi. Makanya kamu harus rajin belajar. Semua tergantung pada dirimu sendiri, bapak hanya bisa mendoakan karena untuk biaya tidak akan mampu," kata Pak Wiryo dengan sareh.

Baca Juga: Keikhlasan dan Kejujuran Mengantar Basir Mendapatkan Pekerjaan yang Diidamkan

Ucapan sang ayah tidak mengendorkan semangat Seno dalam menggapai cita-cita. Dia yakin biaya yang menjadi hambatan akan mampu ditutup dengan kerja keras dan otak yang cerdas. Begitu pun dengan ledekan teman-temannya, tak pernah menyurutkan ambisi Seno.

"Lihat pilot kita sudah datang, ayo kita siap-siap terbang," ledek teman sekolahnya, yang sebenarnya merasa iri lantaran Seno sering mendapat nilai lebih bagus dibanding dirinya.

Ejekan teman seperti itu sudah sering dialami Seno, namun ia tak merasa terhina. Justru semua itu dijadikannya pelecut, untuk lebih rajin lagi dalam belajar.

Ketegaran hati Seno juga bisa dilihat, ketika tanpa malu ia bersekolah sambil menjajakan makanan kecil. Itu dilakukan saat memang dibutuhkan, dimana ketika sang ayah sedang sakit sehingga tidak bisa bekerja. Pak Wiryo sebenarnya tidak menyuruh untuk berjualan, namun Seno bisa mengerti apa yang harus dilakukan dalam kondisi darurat.

Baca Juga: Kyai Raden Santri 1: Musala Dibangun untuk Menangkal Banjir Sungai Blongkeng

Halaman:

Tags

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB