Warjo tidak menunggu Gito langsung ke krobongan (tempat pemain) ingin mengetahui sudah terlambat atau belum.
Ternyata di situ belum banyak yang datang, "Mana Gito, Jo?" tanya Surindi pimpinanya.
"Baru parkir motor," jawab Warjo sambil meletakan rangsel serta duduk berhambur dengan yang sudah datang.
"Nanti kamu dan Gito tetap nggecul (nglawak) ya, Jo," tukas Surindi, Warjo mengangguk mengiakan.
Namun ketika acara-acara pendamping sudah dimulai, Warjo menjadi resah, karena Gito belum masuk krobongan juga.
Sudah beberapa kali Warjo mencari diluar, di tempat parkir juga nggak ketemu.
"Hem terus kemana ya, Gito?" tanyanya sambil berdiri di tempat parker motor.
Ketika ingin melapor ke Surindi, tampak Gito baru datang,
"Kamu tuh gimana? Aku bersama keluarga harus mencari kemana-mana, tahunya kamu sudah di sini, kalau ada yang ngantar mbok ya pamit dahulu, kan tahunya keluargamu berangkat bersamaku!"
tak henti-hentinya Gito memarahi Warjo, "Benar, aku memang terlambat menjemputmu, tapi kan tidak seharusnya kamu berangakat tanpa pamit."
Setelah reda, baru Warjo menjelaskan kejadianya, dan cerita itu disaksikan semua pemain serta Surindi, semua kaget dan heran.
"Lalu siapa yang memboncengkan kamu, Jo?" tanya Gito paham, dan tak terasa bulu kuduknya berdiri.
Surindi tanggap, "Yuk kita pentas dulu," ajaknya. (Seperti dikisahkan Umiles di Koran Merapi) *