Awal menyusuri jalan itu, diperhatikan bahwa nomor rumah sudah berurutan tapi kenapa ia tidak menemukan rumah nomor 12?
Ia kemudian bertanya ke satpam sebuah bengkel bernomor 11.
Bapak satpam itu memberitahu, bahwa di sebelah bengkel yang dia jaga cuma ada nomor 9, 10, 13, 14, 15,
nah di antara nomor 11 dan 13 ini ada gang kecil selebar 1,5 meter tetapi tidak ada bangunan sama sekali di belakang bangunan-bangunan sepanjang jalan Rekso.
Berkali-kali Johan keliling seputar daerah itu sembari berhenti untuk bertanya tapi benar-benar tak ditemukan alamat itu.
Selepas maghrib Johan memutuskan pulang.
Di perjalanan pulang saat melintasi kembali Jalan Rekso terasa hawa gaib menyelimuti perjalanan.
Guci yang dibawa mulai sering bergerak dengan sendirinya dan mengeluarkan aroma bunga sedap malam padahal tadi cuma bau dupa.
Baca Juga: Pengalaman misteri Ismi dan Nasir di tahun 2000an, ketika dikejar glundung pringis selepas maghrib
Jantung Johan mulai berdegup kencang ketika mendekati sebuah sekolah tua yang berada di sebelah bengkel tadi.
Tiba-tiba ckreeek duk, motornya mogok persis di depan sebuah pohon asem besar yang ada di halaman sekolah itu.
“Selamat malam Nak. Maaf bapak mengganggu.” Johan trataban, ternyata seorang bapak tua.
“Bapak sedang menunggu kiriman sebuah guci, Nak.”
Belum sempat Johan menjawab, dia berkata lagi