hidayah

Berkat Ketekunan, Seorang Sarjana Jadi Juragan Warung Tenda

Selasa, 27 Juli 2021 | 19:39 WIB
Syamsul yang bergelar sajana tidak malu menekuni usaha warung tenda. (Dokumen Merapi)

LULUS sarjana di sebuah Perguruan Tinggi Negeri, Syamsul langsung menyebar surat lamaran ke berbagai instansi, baik negeri maupun swasta. Tujuannya hanya satu, Syamsul ingin membahagiakan orang tuanya, yang sudah bersusah payah mengumpulkan uang untuk biaya kuliahnya di Yogya.

Impiannya adalah bisa menjadi PNS, namun jika pun tidak maka kerja di swasta pun tidak mengapa. Yang penting kerja di kantor, memakai dasi setiap hari.

Hari demi hari berlalu, bahkan sampai berbulan-bulan, namun yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang juga. Kebanyakan surat jawaban yang datang isinya hanya permintaan maaf, bahwa sudah tidak ada formasi lagi. Begitu pun saat musim penerimaan PNS tiba, nama Syamsul tidak tercantum dalam seleksi tahap pertama.

Padahal doa juga sudah ia panjatkan setiap saat. Bahkan orang tua Syamsul pun ikut mendukung dengan doa setiap Salat malam.

Baca Juga: Siap Amankan Penyaluran BST, TNI dan Polri Minta Tidak Ada yang Mengganggu Penerima

Toh demikian, tidak ada kemasygulan dalam hati Syamsul. Ia marasa bahwa Allah suatu saat nanti pasti akan memberi rezeki juga kepada dirinya. Entah kapan datangnya dan bagaimana jalannya.

Sambil menunggu mendapat kesempatan kerja yang lebih mapan, Syamsul yang sudah tidak ingin menggantungkan hidupnya pada orang tua itu lantas mencari pekerjaan apa saja. Sampai akhirnya ia diterima menjadi pelayan di sebuah warung tenda. Ia merasa tidak malu dengan pekerjaannya itu, meski kadang bertemu dengan konsumen yang bekas teman kuliahnya yang sudah sukses.

Baca Juga: Soal Penambahan Kapasitas RSLKC Bantul, Menteri PUPR Patok Target 10 Hari Sudah Rampung

Sedikit demi sedikit, Syamsul menabung uang gaji yang diterimanya. Ia juga mempelajari resep yang ada di warung tersebut serta manajemen pengelolaannya.

Dua tahun sudah Syamsul bekerja sebagai pelayan di warung tenda. Ia merasa sudah memiliki tabungan yang cukup dan pengetahuan lebih untuk mendirikan warung sendiri. Ditambah bekal keilmuan yang didapatnya saat kuliah, Syamsul pun ingin mewujudkan tekadnya.

Dalam waktu singkat warung tendanya maju pesat, karena dikemas dengan selera konsumen di lingkungannya dan dengan gaya kekinian. Sampai kemudian Syamsul berhasil membeli sebidang tanah dan dijadikan sebagai warung permanen.

Baca Juga: Lontaran Lava Pijar Bisa Membakar Vegetasi Gunung Merapi

Sekarang Syamsul sudah menjadi juragan. Ia tidak pernah lagi memikirkan untuk menjadi pegawai kantoran. Begitu pun dengan orang tuanya, yang merasa bangga atas perjuangan gigih putranya tersebut.

Kisah Syamsul ini tercermin dalam hadits riwayat Abu Zar dan Al-Hakim yang berbunyi: "Sesungguhnya Ruhul Qudus membisikkan bahwa jiwa tidak akan wafat sebelum lengkap dan sempurna rezekinya. Karena itulah kamu harus bertakwa kepada Allah dan memperbaiki mata pencaharianmu. Jika datangnya rezeki itu terlambat maka jangan memburunya dengan bermaksiat karena apa yang ada di sisi Allah hanya bisa diraih dengan taat pada-Nya." *

Tags

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB