HARIANMERAPI.com - Dalam kisah babad perkerisan Jawa, Sunan Kalijaga pernah menyarankan agar memilih keris dapur tilam upih.
Sunan Kalijaga yang paling dikagumi oleh masyarakat Islam di Jawa itu menyarankan keris dapur tilam upih karena berbagai alasan.
Dan, memang keris dapur tilam upih seperti saran Sunan Kalijaga itu banyak dimiliki oleh masyarakat umum di Jawa.
Baca Juga: Dapat Keris Kanjeng Kiai Petruk setelah tirakat di Petilasan Syekh Jumadil Kubro, kisahnya begini
Tetapi karena pemiliknya yang cukup banyak, membuat keris dapur tilam upih terkesan menjadi tidak istimewa.
Sejumlah kolektor pun enggan mengoleksi karena kurang unik dan tidak langka.
Adapun ciri-ciri keris dapur tilam upih itu adalah keris lurus, dengan ciri pokok berupa gandik, blumbangan atau pejetan dan tikel alis.
Pamornya bisa apa saja, misalnya wos wutah atau kulit semangka.
Sebenarnya, tosan aji keris menjadi berharga bukan hanya tangguh dan pamornya unik atau langka. Bukan pula karena jenis dapurnya yang sulit diprediksi.
Baca Juga: Beda demam biasa dan demam karena Covid-19, begini penjelasan Prof Zubairi Djoerban
Tetapi, karena sejarah dan nilai sugesti filosofinya. Karena itu, keris yang dipandang umum dan tidak langka bukan berarti nihil nilai.
Faktanya sering pula keris bertuah ampuh justru kurang indah dari segi bentuk dan estetikanya.
Sering ditemui bilah keris sudah rusak, sebagian bentuk aslinya hilang dimakan usia, namun masih dilestarikan oleh pemiliknya.
Dan, salah satu alasan yang membuat masyarakat menyukai Keris Tilam Upih mungkin saja karena adanya saran Sunan Kalijaga dalam sebuah babad tersebut.
Tilam upih berarti tikar dari anyaman daun sebagai alas tidur. Artinya, keris tersebut memiliki filosofi laku prihatin dan tirakat.