"Kalau untuk ngangkut barang, bisa jadi. Tapi sekarang mana ada gerobak sapi berseliweran di jalan?”, begitu kilah Tarwono.
Sepeninggal Pak Bogiman, gerobak sapi yang kayunya sudah mulai lapuk itu oleh Tarwono dipecel-pecel, dijadikan kayu bakar dan diberikan kepada tetangga- tetangganya.
Pagi-pagi benar ketika suasana masih repet-repet, orang sedusun geger.
“Kebakaran...kebakaraan...kebakaraaan...!”, teriak warga.
Tanpa diketahui penyebabnya, rumah Pak Bogiman habis dilalap si jago merah.
Apakah musibah itu ada hubungannya dengan gerobak sapi yang dijadikan kayu bakar? Wallahualam Bisawab! (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *