harianmerapi.com - Kisah cerita rakyat Dewi Rantami. Meski hanya bersenjata tongkat hitam galih asem, namun Jaka Wacana gagah perkasa menghadapi lawan yang mengeroyoknya.
Ketika Panji Karsula berusaha membabatkan pedangnya ke arah leher, Jaka Wacana merendahkan diri sambil memukul pedang yang terayun di atas kepalanya.
“Huh!, kurang ajar benar anak setan ini!”, gerutu Panji Karsula sambil meloncat mundur, minggir dari arena pertempuran
Baca Juga: Cerita Rakyat Dewi Rantami 1: Pembangunan Kolam di Keputren Terkendala Mata Air yang Belum Ditemukan
karena telapak tangan kanannya terasa pedih dan panas sekali oleh getaran hebat ketika pedangnya dipukul dengan tongkat hitam oleh lawannya.
Boma Cakranegara segera meloncat menjulurkan pedangnya ke arah perut lawannya.
Tetapi Jaka Wacana segera meloncat mundur “Craaang..!” terdengar bunyi keras sekali.
Ujung pedang Boma Cakranegara ternyata patah oleh pukulan tongkat hitamnya Jaka Wacana ketika dia meloncat mundur tadi.
“Bangsat! Dedemitan anak ini”, teriak Boma Cakranegara mengumpat sambil memandangi ujung senjatanya.
Di saat lawannya dalam keadaan terheran-heran inilah maka Jaka Wacana secepat kilat meloncat maju sambil menggerakkan ujung tongkatnya menggores menyilang di dada Lawannya.
Baca Juga: Cerita Rakyat Dewi Rantami 2: Majapahit Dilanda Musim Kemarau Panjang, Datang Jaka Wacana Menghadap
“Waduuuuhh” terdengar Boma Cakranegara mengaduh kesakitan dadanya tergores menyilang cukup dalam, darah mengucur perlahan-lahan membasahi bajunya.
Melihat temannya tak berdaya Wira Bantheng yang nampak masih segar terus menerus menyerang Jaka Wacana dengan ayunan bindinya.
Ini serangan yang kesekian puluh kali berhasil dihindari lawannya dengan mudah.
Wira Bantheng menggeretakkan giginya, dia berupaya tidak putus asa.