harianmerapi.com - Dampak Perjanjian Giyanti. Panembahan Notoprodjo sudah mempersiapkan putra-putrinya untuk melawan penjajah.
Putra-putrinya pun sejak kecil ditanamkan jiwa patriotisme. Mereka dibekali ilmu kanuragan termasuk Nyi Ageng Serang meskipun ia perempuan sekalipun.
Bagi Nyi Ageng Serang tidak ada pembedaan tanggung jawab karena kelak merekalah yang akan melanjutkan perjuangannya melawan penjajahan Belanda.
Baca Juga: Dampak Perjanjian Giyanti 1: Usaha VOC untuk Memecah Belah Kerajaan Mataram yang Kuat
Mereka juga diajarkan welas asih terhadap sesama sehingga ketika menjadi pemimpin dapat bersikap arif dan merasakan penderitaan rakyat.
Nyi Ageng Serang mengikuti pelatihan kemiliteran dan siasat perang bersama dengan para prajurit pria. Berkat didikan keras dari keluarganya Nyi Ageng Serang tumbuh menjadi wanita pemberani.
Tidak hanya itu, mereka pun dibekali ilmu agama. Panembahan Senopati Notoprojo mengirim putra-putrinya untuk memperdalam ilmu agama dalam waktu yang cukup lama.
Mereka dikirim ke Kadilangu, Demak, bekas kediaman Sunan Kalijaga. Disanalah mereka semakin paham tentang ajaran agama Islam.
Nyi Ageng Serang mendapatkan pendidikan agama yang baik. Konon, dirinya suka melakukan tirakat. Ketika tidur pun terdapat pusaka yang melindunginya dari orang jahat serta ada cahaya yang memancar dari tempatnya.
Baca Juga: Dampak Perjanjian Giyanti 2: Raden Mas Said Menghimpun Kekuatan Melawan Kekuasaan VOC
Ini adalah penggambaran bahwa Nyi Ageng Serang termasuk muslimah yang selalu menjaga diri bahkan sekalipun di waktu sedang tidur.
Kegigihan Nyi Ageng Serang dalam melawan penjajah merupakan wujud nyata emansipasi. Perempuan yang kala itu lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengurus rumah tangga, berbanding terbalik dengan Nyi Ageng Serang.
Ia justru turun ke medan perang untuk memperjuangkan bangsanya. Dengan gagah berani ia melakukan peperangan ditemani saudara laki-lakinya.
“Dinda, apa pun yang terjadi nanti perjuangan tidak boleh usai” ucap Notoprodjo Muda.
“Baik Kanda, hamba berjanji akan berjuang sekuat tenaga.”
Peperangan sengit pun terjadi, pihak Belanda terus menyerang Serang. Kekuatan yang tidak imbang di tambah kurangnya persiapan Serang pun mampu ditaklukan Belanda.