harianmerapi.com - Sudah banyak nasihat mengatakan tidak ada untungnya bermain judi, bahkan banyak buntungnya. Namun tetap saja ada orang kecanduan judi.
Bahkan tak sedikit di antara para pecandu judi yang sampai percaya pada dukun agar usahanya berhasil jika melakukan ritual tertentu.
Sular, lelaki beristeri tanpa anak itu di tahun 1970- an dikenal sebagai jagoan. Bukan jago berkelahi, tapi jago berjudi.
Baca Juga: Petung Jawa Weton Selasa Pahing 26 April 2022, Bakat di Bidang Jasa atau Jual-beli
Dia sangat hobi main judi buntutan empat nomeran. Kala itu judi tersebut sangat marak di tengah masyarakat.
Tidak bisa menguasai emosinya dalam berjudi, tidak ayal hampir semua harta bendanya melayang. Memang, satu- dua kali Sular menang.
Namun sesudah itu, bisa berpuluh kali kalah atau blong. Nomer buntutnya tidak nembus.
Ditinggal pergi isterinya karena jengkel melihat ulahnya, Sular malah semakin menjadi- jadi. Hartanya yang tinggal sebuah rumah sederhana, dijual. Hanya untuk ngoyak buntut.
“Mukti atau mati”, begitulah semboyannya. Hasil penjualan rumah tersebut yang separo akan dibelikan buntut. “Yang separonya lagi untuk pegangan”, katanya.
Baca Juga: Sabrun Jamilun, Kesabaran yang Sempurna Sangat Penting untuk Mencapai Ketenteraman Batin
Sular pun pergi ke dukun, mohon petunjuk. “Kalau kamu percaya, tirakatlah selama tiga hari tiga malam di gumuk Tambalan.
Pada hari terakhir, akan ada kelabang sebesar ibu jari orang dewasa melingkar di lehermu”, ujar Mbah Dukun.
“Pengalaman membuktikan, jika hal tersebut terjadi, itu berarti permohonanmu akan terkabul”, sambung Mbah Dukun.
Yakin akan petuah Mbah Dukun, Sular seorang diri berangkat ke gumuk Tambalan. Pada malam ketiga tiba- tiba datang merayap dengan cepat seekor kelabang besar sepanjang kayu penggaris.
Bergidik dan menahan rasa geli, Sular dirambati binatang tersebut. Benar juga. Kelabang besar tersebut lalu melingkar di lehernya. Selanjutnya, nggleler, pergi entah kemana.
Baca Juga: Kejadian Horor Hantu Perawan Gentayangan Ingin Balas Dendam pada Pria yang Membunuhnya di Kamar Mandi
Dengan hati berbunga- bunga Sular menemui Mbah Dukun dan memberitahukan kejadian yang dialami. “Selamat. Aku ikut gembira”, ujar Mbah Dukun sambil menepuk- nepuk bahu Sular.
Saking yakinnya, Sular menambah lagi taruhannya. Uang yang masih tersisa dipertaruhkan semua. “Horeee...aku akan menjadi orang kaya”, serunya dalam hati.
Hari pembukaan tiba. Sejak pagi, bangun tidur, Sular sudah jogetan. Membayangkan bahwa mulai nanti malam dia akan menjadi orang kaya. Bahkan terkaya di kotanya.
Malam menunjukkan jam delapan. Acara pembukaan undianpun tiba. Nomor yang diyakini akan keluar, ternyata tidak muncul alias blong.
Tidak nembus. Dengan langkah gontai dia kembali menemui Mbah Dukun. Setelah puas mengumpat- umpat Mbah Dukun, Sular pun pergi tanpa tujuan.
Baca Juga: Pengembaraan Spiritual Sultan Agung 7: Palembang Berniat Menyerang Mataram, Pangeran Purbaya Unjuk Kebolehan
Beberapa waktu kemudian, tetangganya ada yang melihat Sular berada di Pasar Gede, Solo. Bukan menjadi pedagang, tetapi pengemis. - Semua nama samaran - (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *