harianmerapi.com - Sebuah rumah tua ini saya tinggali di sekitaran tahun 1992 sampai tahun 2000. Halamannya luas, di seberang halaman terdapat pohon bambu yang masih lebat.
Rumah tua ini cukup misteri, karena di malam hari masih sering muncul penampakan wewe atau pocong di sana.
Sepertinya rumah ini dulunya merupakan sebuah bangunan besar yang kemudian dibagi dua oleh para ahli warisnya.
Baca Juga: Pengalaman Mistis Televisi Sudah Dimatikan Bisa Nyala Sendiri, Ternyata karena Ulah Makhluk Halus
Terlihat adanya bekas tambalan tembok yang tembus ke rumah tetanga tepat berada di sebelah kirinya.
Tiang-tiang penyangga atap joglonya masih utuh, namun gebyok kayu berukirnya telah berganti kayu, mungkin gebyok aslinyasudah laku terjual.
Seminggu pertama di rumah tua ini, saya selalu merasa merinding bila waktu mulai beranjak Magrib. Wangi melati yang tumbuh di halaman depan terbawa masuk ke dalam ruangan membuat suasana semakin mencekam.
Pada hari ketiga, tepat di malam Jumat, saya diam sendiri di rumah. Kedua orang tua beserta adik-adik saya pergi mengunjungi keluarga jauh.
Secara kebetulan, saya menemukan koran bekas bungkus perkakas yang dibawa Ibu saat pindahan. Isya satu jam lewat, keluarga saya belum juga kembali.
Saya mulai membaca Koran tersebut untuk mengusir sepi dan katuk yang mulai menyerang. Pandangan saya tertarik pada sebuah cerpen misteri yang ada di Koran bekas tersebut.
Cerpen itu berjudul “Hantu Klinthingan Semakin Merajalela”.
Cerita berkisah tentang adanya suara misterius berupa bunyi klinthingan/lonceng sapi yang meneror sebuah kampung.
Setiap malam terdengar suara klintingan, namun tak satu warga yang mengetahui asal dari suara tersebut.
Setiap ada suara tersebut melintas, dipastikan keesokan harinya ada warga yang mati mendadak.