harianmerapi.com - Ini kisah horor tentang hantu berwujud pocong yang benar-benar bikin berdiri bulu kuduk.
Matahari bersinar cerah, kuputuskan ke kamar untuk mengambil guling. Entah kapan
terakhir aku menjemurnya.
Aku bawa guling ke depan, lalu melemparkannya di atas genting. Pasti nanti aku bisa tidur lebih nyenyak.
Baca Juga: Misteri Bocah yang Bermain Kelereng dengan Mata Kosong di Rumah Panggung yang Lama Kosong
“Man, temenin cari buku, yok!” ajak Galih—teman sebelah kamar. Aku mengingat-ingat ada agenda lain gak hari ini. Ternyata kosong.
“Cari buku apa, Lih?”
Galih mendekat lalu menunjukkan layar smartphone, buku akuntansi. Kami pun memutuskan berangkat setelah jam makan siang.
Mencari buku dengan judul dan penulis yang harus sama, membuat kami harus berpindah dari satu toko ke toko buku yang lain.
“Cari online saja, Lih. Kita sudah ke empat toko buku, nih.”
“Lah! Kenapa baru ingetin sekarang?”
Baca Juga: Enam Manfaat Dzikir, Salah Satunya Menambah Keteguhan Hati
Sepertinya kesabaranku sedang diuji oleh teman sendiri. Kami memutuskan pulang, karena hari juga semakin gelap, langit menggatungkan awan hitam di sisi timur.
“Ngebut, Man! Sepertinya mau hujan!”
Aku menarik gas.
Sampai di kos-kosan, aku langsung merebah di kasur. Badan rasanya capek banget. Kupeluk guling kesayangan, menghadap ke kanan. Ah, rasanya nikmat sekali.
Aku terbangun karena di luar sedang hujan deras. Kilatan petir sesekali menerangi ruangan yang gelap ini, mati listrik.
Baca Juga: Lelembut Numpang di Bahu 2: Tak Mau Makan Nasi, Selalu Beli Bunga Makam di Samping Warung
Sepersekian detik setelah suara petir yang menggelegar. Aku tersadar kalau belum mengangkat guling yang siang tadi dijemur.