harianmerapi.com - Jika sudah dibutakan harta, maka orang akan mencari pesugihan dengan cara apapun. Termasuk merelakan istrinya memadu Cinta dengan kera jadi-jadian.
Malam Selasa Kliwon. Jarum arloji di tangannya menunjuk angka delapan. Adir, lelaki beristeri namun belum dikaruniai anak, berjalan menuju kali Celeng. Tangannya memegang gagang pancing.
“Dapat ikan ya syukur. Tidak, ya tidak apa- apa”, begitu semboyannya.
Baca Juga: Lima Kewajiban Ibu Terhadap Perkembangan Anak, Salah Satunya Memberikan ASI yang Cukup
Setiap malam Selasa Kliwon, semalaman Adir memang harus berada di luar rumah. Menjelang subuh baru pulang. Makanya, kalau tidak bergadang di cakruk ronda ya mancing di kali.
Hal itu sudah menjadi kesepakatan antara Adir dan Rum, istrinya. Ketidakberadaan Adir di dalam rumah pada sepanjang malam Selasa Kliwon bukan tanpa maksud.
Pada malam itu Rum, istrinya, akan mendapat kunjungan tamu istimewa. Tamu yang ajeg setiap malam Selasa Kliwon datang menyambangi Rum adalah seekor kera ekor panjang berbulu hitam.
Pada tengah malam, kera ekor panjang tersebut akan berubah wujud menjadi lelaki perkasa, berkulit hitam, berambut lebat di dadanya.
Baca Juga: Tradisi Bau Nyale Tiba, Warga Berburu Cacing Laut di Pantai Seger Mandalika
“Ayoh, Mas. Aku sudah siap”, ujar Rum lirih sambil mengerdipkan matanya seraya melempar senyum menggemaskan, manakala keduanya sudah rebahan di ranjang.
Dalam tempo yang tidak terlalu lama terjadilah pergumulan sengit antara Rum dan kera ekor panjang yang telah berubah wujud menjadi pria perkasa.
Tidak ubahnya seperti ketika Rum melayani Adir, suami sahnya. Pesta ‘handrawina’ itu baru berakhir menjelang subuh.
Tersungging senyum puas di bibir Rum manakala mengantar pulang tamu istimewanya sampai di pintu depan. Begitu keluar rumah, dalam sekejap tamunya berubah wujud kembali menjadi kera ekor panjang.
Bisa dipastikan, sehari sesudah itu pundi- pundi Rum akan menggelembung. Hal itu pulalah yang menjadikan Adir rela setiap malam Selasa Kliwon, istrinya harus melayani tamu istimewanya.