Hampir tanpa sadar, Doni meraih sebatang rokok dari kantong jaketnya. Dinyalakan perlahan dan dihisap dalam-dalam untuk mengusir tegang.
“Cak, kok busnya bau kemenyan?” Penumpang di sebelah Doni mendadak menutup hidung, menatap lurus seakan menembus tubuh Doni dan bertanya pada kernet yang berdiri di belakang Doni.
“Tidak apa-apa Mas, kadang memang tercium bau kemenyan. Katanya dulu di Janti situ pernah ada penumpang lagi menunggu bus, meninggal ditusuk waktu ribut dengan preman, kalau malam Jumat Kliwon kayak sekarang ini katanya dia suka ikut naik bus. Kabarnya, nama pemuda itu.....Doni. Kasihan, mungkin meninggalnya tidak tenang.” tutur kernet. (Seperti dikisahkan Rhestra di Koran Merapi) *