HARIAN MERAPI - Filosofi kendi sebagai kekayaan budaya Nusantara 2, bentuknya menjadi bukti kebudayaan yang tumbuh.
Meskipun dalam sejarah, pada masa prasejarah telah ditemukan banyak kendi gerabah di berbagai tempat di Indonesia.
Keberadaan kendi yang dikenal hingga saat ini tidak lepas dari pengaruh Hindu sebelum agama Islam masuk. Hal ini dapat ditemukan pada arsitektur dan relief pada candi Borobudur dan Prambanan yang dibangun pada abad ke-8.
Kendi sebagai salah satu benda yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan masyarakat dan dikenal memiliki bentuk yang berbeda-beda di setiap daerah.
Bentuk kendi pun dapat menjadi bukti kebudayaan yang tumbuh dan hidup pada masa tertentu. Secara umum Kendi berbentuk polos dan bercorak.
Bagi masyarakat Jawa kendi umumnya digunakan untuk menyimpan air minum dan digunakan pada upacara-upacara adat.
Beberapa negara di dunia pun memiliki kendi sebagai benda penyimpan air. Bentuk di setiap negara juga dipengaruhi kebudayaannya. Orang Mesir misalnya, membuat kendi menurut budayanya.
Cina membuat kendi bergambar naga; Thailand membuat kendi polos dan bercorak; sementara itu, Indonesia membuat kendi bentuk polos, tetapi dengan gagang yang memudahkan mengangkatnya.
Baca Juga: Inilah peran 12 tersangka dalam kasus perdagangan organ ginjal di Bekasi
Kendi dalam berbagai peradaban dan coraknya, secara umum memiliki ciri khas yang menyerupai buah labu.
Buah labu dianggap sebagai inspirasi mencipta kendi karena dalam sejarah buah labu pernah digunakan sebagai wadah air yang dahulu digunakan masyarakat dahulu sebelum mengenal adanya gerabah.
Oleh karena itu, wadah air minum dari gerabah yang disebut kendi itu sampai saat ini juga ada dan diciptakan di wilayah Nusantara termasuk di Sulawesi.
Kendi dalam perkembangannya dianggap tidak terlalu jauh berbeda dari masa lampau. Variasi penciptaannya yang memberikan gambaran perbedaan masa dahulu dan kini.
Secara umum, apabila diamati bentuk dasar kendi yang ada itu adalah berbentuk botol, berbadan bulat dan bulat, berleher dan bercorot.