Motornya ambruk begitu saja, sedangkan Pak Banu lari terbirit-birit. Setelah berada di jarak aman, Pak Banu berpikir memutuskan untuk kembali, mengecek keadaan sekaligus mengambil motornya.
Penampakan wedon tadi telah lenyap tanpa bekas. Pak Banu mengucap syukur. Sambii melanjutkan perjalanan, Pak Banu memaki.
“Oalah demit senengane ngusili wong.” Tapi dalam hatinya, Pak Banu lega karena yang muncul di depannya adalah sosok makhluk halus yang usil, bukan klitih atau begal yang bisa saja melukai atau membahayakan nyawanya. (Seperti dikisahkan Isti Rofiah di Koran Merapi) *