"Ada apa, Bu?" tanya kedua putrinya penasaran. Namun Bu Marwadi tidak sanggup menjelaskan.
Tepat ke arah lurusnya pintu kamar, di ruang tamu sederhana itu ada sebuah jendela kaca yang lebar tanpa gorden. Dan Bu Marwadi tanpa sengaja melihat ada bayangan seorang ibu dan anak perempuan yang berdiri di jendela itu.
Kedua bayangan itu menatap lurus ke arahnya sambil mengeluarkan suara tangisan. Bu Marwadi sangat ketakutan, tapi tentu saja dia harus menjadi berani demi kedua putrinya, apalagi suaminya sedang tidak di rumah.
Segera dipeluknya kedua putrinya yang tampak kebingungan. Bu Marwadi tak mampu berkata-kata selain hanya mengucapkan Ayat Kursi. Dan setelah pembacaan Ayat Kursi ketiga selesai, bayangan dan suara tangisan itu akhirnya hilang.
Keesokan harinya, dari rumah pak Marwadi, mereka melihat ke arah makam, dan terlihat iring-iringan orang mengusung jenazah yang hendak dimakamkan.
Baca Juga: DPUPR Usulkan Rp 5 Miliar untuk Lanjutkan Proyek Taman Wisata Religi Salatiga
Dan ternyata yang dimakamkan ada dua orang, seorang ibu dan anak perempuannya yang meninggal selepas Isya, tepat saat Bu Marwadi melihat bayangan dan tangisan di jendela.
Rupanya bayangan dan tangisan itu mengabarkan akan adanya orang yang meninggal.
Sejak saat itu, setiap kali ada orang meninggal yang akan dimakamkan di Gumuk Ledek, selalu saja ada pertanda yang dilihat, didengar maupun dirasakan oleh Keluarga pak Marwadi, terutama oleh Bu Marwadi.
Pertanda itu antara lain suara orang menggeram, suara ledakan, bau anyir, bau wangi, bau tanah dan rumput basah, maupun suara orang menangis. (Seperti dikisahkan Fery Yanni di Koran Merapi) *