Setelah dekat Syam giliran yang naik adalah pembantunya maka si pembantu itu naik unta dan Umar yang memegang tali unta dan di jalan yang dilewati terdapat air seperti air bah.
Maka Umar masuk dan melewati air itu sambil berjalan serta pembantunya menaiki untanya sedang dia menghimpit sandalnya di bawah ketiaknya yang kiri.
Kemudian keluarlah gubernur syam yaitu Abu Ubaidah bin Jarrah, dia termasuk golongan 10 orang yang diberi kabar gembira dengan masuk surga.
Gubernur itu berkata wahai Amirul mukminin sungguh para pembesar Syam sama keluar menyambut tuan maka tidak baik rasanya kalau mereka itu melihat tuan seperti ini, yakni menarik tali unta sedang membantunya naik untanya.
Kata Umar sungguh Allah telah menjadikan kita mulia dengan sebab Islam maka saya tidak usah memperlihat memperhatikan kata orang.
Demikian kisah dari amirul mukminin, kisah teladan sebagai pejabat tinggi yang tidak sombong, bahkan berbagi tumpangan dengan pembantunya. Mungkin untuk saat ini bisa bergantian mengemudi.
Kisah tawadhu adalah bukti penyelamatan manusia di dunia, yakni tidak sombong dan mendapat penghargaan, derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang sombong.
Orang sombong akan dibicarakan negatif sedangkan orang tawadhu, dibicarakan positif. (*)